MITRAPOLITIKA.com, Jakarta–Talkshow berjudul “Pancasila dan Masa Depan Indonesia: Kesehatan Mental Kaum muda dan peran Kebijakan Pemerintah.“ Diselenggarakan oleh ALumni Taplai atau Program Pemantapan Nilai Kebangsaan (PPNK) LEMHANNAS RI dalam memperingati Hari Lahir Pancasila. Acara ditayangkan pada Minggu(1/6/2025)oleh Radio Jiz FM Yogyakarta.
Tema ini diangkat menangkap isi terkini tentang pentingnya kesehatan mental terutama bagi kaum muda (Gen Millennial dan Gen Z). Memastikan kesehatan mental yang baik sangat penting bagi pengembangan SDM dari usia pelajar hingga SDM muda. Kesehatan mental berpengaruh besar terhadap keberhasilan proses belajar, kinerja dan produktivitas, serta kesejahteraan individu di tempat kerja maupun di tengah masyarakat. Pada gilirannya, kesehatan mental yang baik memungkinkan SDM untuk menghadapi tantangan dan menyiapkan Indonesia Emas 2045.
Diskusi dibagi dalam 3 sesi, (a), Gambaran umum tentang kesehatan mental kaum muda dikaitkan dengan faktor utama seperti dampak media sosial, dan load kerja SDM muda. (b),Data kesehatan mental dari lembaga data temuan WPH (WorkPlace Happiness) serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental generasi muda. (c), Alternatif apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan mental di kalangan generasi muda serta urgensi kebijakan dan regulasinya.
Narasumber dalam talkshow ini adalah, Dr Wahyu Riawanti, MP (Badan Diklat DIY), Elna Febi Astuti (Lembaga Hukum dan Pemberdayaan Manusia Noken Solutions) dan Febriana Emilda, S.Kep ners. M.P.H. (Bapelkes Pemda DIY). Berperan sebagai host adalah Dr. Hani Subagio, M.M (UPN Veteran Yogyakarta) dan moderator oleh Dr, Herman Felani M.A dari Universitas Islam Indonesia. Semua pembicara adalah alumni Program Pemantapan Nilai Kebangsaan (PPNK) LEMHANNAS RI Angkatan 218 tahun 2025.
Melalui keterangannya,Elna Febi Astuti Lembaga Hukum dan Pemberdayaan Manusia Noken Solutions, mengatakan, kesehatan mental sudah menjadi darurat banyak orang sakit secara mental tapi tidak paham, karena sakit mental tidak terlihat seperti sakit fisik. Individu yang tidak sehat secara mental perlu pendampingan ahli untuk memastikan kesehatan Gen Z maupun orang tuanya, yang pada contoh diskusi ini adalah ibu single parent.
“Perempuan kepala keluarga yang mungkin tidak punya akses dan tidak memahami literasi kesehatan mental karena beban ganda mencari nafkah dan mengurus anak,” ujar Elna Febi.
Selanjutnya menurut Dr Wahyu Riawanti, MP, Pertanyaan pentingnya adalah peran pemerintah dalam mengusung isu kesehatan mental dalam peraturan dan regulasi mengingat pentingnya mental capital dalam suatu bangsa terutama untuk menyiapkan Generasi Emas.
Oleh Febriana Emilda, S.Kepners. M.P.H menyatakan bahwa, kondisi kesehatan mental dikonfirmasi oleh data di mana data kesehatan mental DIY pada 2023 dan 2024 lebih tinggi daripada rata-rata nasional.
Data dan hasil diskusi ini bisa menjadi pijakan awal untuk mematangkan dan menguatkan regulasi seperti Psikolog Puskesmas dan program Integrasi Layanan Primer (ILP) serta program lain yang akan diwujudkan.
Secara keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh Alumni Taplai 218 yang meliputi multi platform dan media baik dialog langsung, webinar, talk show radio maupun TVRI seperti yang disampaikan oleh Hani Subagio, selaku host.
Red