Oleh : Tundra Meliala
Ketua Umum Asosiasi Media Konvergensi Indonesia (AMKI) Pusat
MITRAPOLITIKA, Jakarta — Setiap tanggal 3 Mei,diperingati Hari Pers Sedunia sebagai refleksi terhadap peran penting pers dalam kehidupan demokrasi, kebebasan berekspresi,dan penyebaran informasi yang akurat. Namun, di balik perayaan ini, pers global menghadapi tantangan yang semakin kompleks, yang menguji bukan hanya kemampuan bertahan secara teknis, tetapi juga keteguhan pada peran strategis dan idealismenya.
Di era disrupsi digital saat ini, kecepatan telah menjadi mata uang utama. Banyak media tergoda untuk mengejar klik bait dan sensasi, bahkan mengorbankan kedalaman analisis dan akurasi informasi. Fenomena ini secara perlahan mereduksi pers dari pilar demokrasi menjadi sekadar mesin algoritma. Idealisme jurnalisme — yaitu menyuarakan kebenaran, memperjuangkan keadilan, dan menjadi penyeimbang kekuasaan — kian terdesak oleh tekanan komersial dan politik.
Pers sejatinya memiliki peran strategis sebagai penopang keterbukaan dan ruang dialog publik. Dalam sistem demokrasi, media bebas dan independen adalah benteng terakhir terhadap disinformasi, otoritarianisme, dan manipulasi opini. Namun, dalam banyak konteks, pers kini menghadapi represi;sensor, kriminalisasi jurnalis, serta serangan terhadap kebebasan redaksi.
Ironisnya, idealisme pers juga sedang diuji oleh aktor internal. Ketika integritas jurnalis mulai dikompromikan oleh kepentingan pemilik modal atau afiliasi politik, publik kehilangan kepercayaan. Padahal, kepercayaan adalah fondasi keberlangsungan media sebagai institusi sosial. Maka, menjaga independensi editorial, transparansi, dan etika pemberitaan menjadi kebutuhan mendesak yang tak bisa ditunda.
Hari Pers Dunia seharusnya menjadi momentum kolektif, tak hanya bagi jurnalis dan pelaku media, tetapi juga bagi masyarakat global untuk menguatkan kembali nilai-nilai dasar jurnalistik. Dunia membutuhkan pers yang berani, jujur, dan berpihak pada kebenaran, bukan pada kekuasaan atau pasar.
Jika idealisme pers padam, maka yang tinggal hanyalah suara-suara bising tanpa makna. Maka, tugas kita bersama adalah memastikan bahwa api idealisme itu terus menyala, menerangi ruang publik dengan kebenaran dan keberanian.
Don Berman